Tiga Vaksinasi Penting Sebelum Hamil

Untuk mendapatkan bayi yang sehat, ibu perlu memiliki kekebalan diri dari penyakit tertentu. Vaksinasi bisa menjadi solusi. Di sini, persiapan sebelum kehamilan memang masih jarang dilakukan karena belum populer. Hal itu diakui dr. Chairulsjah Sjahruddin, Sp.OG, yang menyaksikan sendiri kebanyakan pasangan datang setelah kehamilan berumur satu atau dua bulan. "Sangat jarang yang datang khusus untuk mempersiapkan kehamilan. Belum tentu dari sepuluh orang pasien ada satu yang datang untuk persiapan kehamilan ini,'' ujar dokter yang berpraktek di RSB Hermina, Jatinegara, Jakarta Timur.

Padahal menurutnya persiapan sebelum kehamilan sangatlah penting. Alasannya, fase embriologis yang berlangsung selama delapan minggu pertama di masa awal kehamilan sangatlah ditentukan oleh kondisi ibu sebelumnya. Bila kondisi ibu kurang baik, hal itu akan berpengaruh pada kesehatan bayi karena pada masa itulah dimulai pembentukan organ-organ janin. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada fase embriologis tersebut, maka tidak ada salahnya dilakukan persiapan jauh sebelum kehamilan. Inilah yang dimaksudkan sebagai persiapan kehamilan. Salah satunya adalah persiapan fisik ibu dengan cara vaksinasi. Vaksinasi bertujuan melindungi tubuh ibu dari serangan penyakit tertentu selama masa kehamilan. Sesungguhnya sistem kekebalan tubuh juga dapat terbentuk secara alami selain melalui vaksinasi.

Pembentukan kekebalan secara alami dapat terjadi bila tubuh pernah mengalami infeksi penyakit tertentu. Ini dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Lewat hasil laboratorium itulah, dapat diketahui kadar imunologi IgG seseorang terhadap penyakit tertentu. Bila IgG-nya positif pertanda sudah pernah terinfeksi. Jika kondisinya seperti itu tak perlu lagi dilakukan vaksinasi, karena tubuh sudah membentuk sistem kekebalannya secara alami. Selanjutnya, yang patut dijaga adalah agar pada masa kehamilan nanti ibu tidak terkena infeksi berbahaya lainnya. Vaksinasi akan dilakukan jika ibu belum memiliki kekebalan terhadap penyakit yang jika menginfeksi akan membahayakan janin. Vaksin adalah virus yang dilemahkan yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan harapan setelah itu akan terbentuk antibodi terhadap virus tersebut.

MELINDUNGI JANIN
Ada beberapa penyakit yang karena dampaknya membahayakan bagi janin, maka harus dicegah dengan vaksinasi. Agar efektif, vaksinasi ini harus dilakukan sedikitnya enam bulan sebelum merencanakan kehamilan. Inilah penyakit-penyakit yang harus ditangkal:

Rubela (campak Jerman)
Kasus rubela (campak Jerman) di Indonesia memang terbilang sangat jarang. Namun di beberapa negara lain, kasusnya sangat tinggi yang kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup penduduknya. Sebagai pencegahan, anak-anak berusia 5 13 tahun di sana wajib mendapat vaksinasi MMR (Measles Mumps Rubella). Bahkan, ibu-ibu yang diduga berisiko tinggi terinfeksi MMR setelah melahirkan pun langsung divaksinasi.

Rubela adalah suatu infeksi yang ditandai dengan adanya bercak kemerahan (pink-red rash) yang mula-mula muncul pada daerah wajah yang kemudian menyebar ke bagian badan lainnya. Penyakit ini dapat disertai demam ringan dan pembesaran kelenjar getah bening. Apabila ibu hamil terkena infeksi virus rubela di masa tiga bulan pertama, maka dapat dipastikan sekitar 50-85 persen janinnya akan mengalami kelainan. Janin yang terinfeksi rubella, umumnya memiliki kelainan tipikal yang disebut sindrom rubela kongenital.

Kelainan itu dapat berupa gangguan pada mata (katarak), pada jantung, gangguan pertumbuhan janin yang terhambat, atau gangguan kepala yang mengecil (mikrosefalus).
Pada umur kehamilan 16-20 minggu, cacat bawaan yang didapat janin adalah ketulian. Sedangkan infeksi pada ibu dengan umur kehamilan lebih lanjut (> 20 minggu) jarang
sekali menyebabkan cacat bawaan. Bayi yang terkena cacat karena rubela akan terus menyandang kelainan tersebut selama hidupnya. Umumnya 1 dari 10 bayi dengan rubela akan meninggal dalam masa satu tahun. Tidak ada yang dapat dilakukan terhadap janin bila di masa hamil ibu terinfeksi rubela. Untungnya, sekitar 75 persen wanita pada masa reproduksi sudah memiliki kekebalan terhadap rubela. Hal itu terjadi karena ibu telah mendapat vaksinasi pada masa kanakkanak atau sudah pernah terinfeksi sebelumnya.

Tetanus
Infeksi tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Tetanus (lockjaw) adalah penyakit yang disebabkan oleh racun dari bakteri Clostridium tetani. Disebut juga
lockjaw karena penderitanya kerap mengalami kejang pada otot rahang. Bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang dalam maupun dangkal. Nah, bila kebetulan ibu terpapar bakteri tersebut selama proses persalinan, maka infeksi bisa terjadi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum).

Gejala yang paling sering ditemukan adalah kekakuan rahang. Gejala lainnya berupa rasa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, menggigil,
kejang otot dan kaku kuduk, serta kaku lengan dan tungkai. Sayangnya, banyak calon pasangan pengantin menolak vaksinasi TT (Tetanus Toksoid) yang ditawarkan pada saat mendaftarkan diri di Kantor Urusan Agama. Hal ini terjadi akibat adanya salah pengertian. Dikiranya vaksin TT adalah suntikan kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan. Memang sih, diakui Chairulsjah, saat ini kasus tetanus sudah sangat jarang. Bahkan selama 20 tahun berpraktek, dirinya belum pernah menemukan ibu hamil menderita tetanus. Namun, pencegahan selalu lebih baik, bukan?

Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus. Infeksi yang ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronik. Mayoritas penderita akan menjadi karier (pembawa) tanpa gejala klinis tapi dapat menularkan penyakit ini karena pada darah terdapat virus hepatitis. Selain dalam darah, virus ini dapat ditemukan pula pada urin, feses, dan air
ludah, tergantung pada jenis virusnya. Oleh karena sifat penularannya yang sangat mudah, virus hepatitis juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya, baik selama dalam
kandungan, saat dilahirkan, maupun setelahnya. Risiko penularan akan tetap tinggi, bahkan jika bayi dilahirkan melalui bedah sesar.

Sampai saat ini memang tidak ditemukan adanya cacat bawaan pada bayi-bayi yang menderita hepatitis B sejak dalam kandungan atau jika ibunya di masa hamil menderita hepatitis B. Namun, bayi-bayi yang terinfeksi hepatitis dapat mengidap penyakit-penyakit hati kronis seperti hepatitis kronis, sirosis hepatis dan hepatoma (tumor hati yang ganas). Oleh karenanya, pasien hamil yang dicurigai menderita hepatitis harus segera menjalani tes konfirmasi serologis seperti HbsAg. Hasil negatif menandakan bahwa tidak terdapat virus dalam tubuh pasien. Jika hasilnya positif, maka perlu dilanjutkan dengan tes HbsAb. Jika positif, maka pasien dinyatakan kebal terhadap hepatitis B.

Risiko penularan akan meningkat dengan bertambahnya jumlah virus dalam darah. Hal ini bisa diketahui jika setelah dinyatakan HbsAb positif, jumlah virus yang ada dalam
darah ibu diperiksa. Untuk menurunkan risiko penularan, semua bayi dengan ibu yang HbsAgnya positif harus mendapatkan terapi Imunoglobulin (Ig) hepatitis B saat lahir dan vaksinasi hepatitis B pada usia 1 minggu, 1 bulan, dan 6 bulan setelah lahir.

WAKTU YANG TEPAT UNTUK PEMBERIAN VAKSIN
1. Lakukan vaksinasi pada saat tubuh sedang fit. Vaksinasi yang dilakukan kala kondisi tubuh kurang fit malah dapat mengakibatkan infeksi.
2. Pemberian vaksin sedikitnya dilakukan 6 bulan sebelum kehamilan. Ada pendapat, jarak tersebut dapat dipersingkat menjadi 3 bulan. Namun, Chairulsjah menyarankan,
alangkah baiknya agar lebih aman tunda kehamilan hingga 6 bulan setelah vaksinasi. Dengan tenggang waktu tersebut diharapkan tubuh sudah dapat membunuh semua
virus yang diberikan melalui vaksinasi, sehingga pada saat hamil tidak ada lagi virus yang dapat membahayakan janin.
3. Jangan lakukan vaksinasi pada saat hamil. Dikhawatirkan asupan virus justru akan membahayakan janin, walaupun seperti dikatakan Chairulsjah, hasil penelitian risiko
vaksinasi pada wanita hamil belum teridentifikasi dengan jelas. Apakah 100 persen vaksin ini berbahaya? "Tapi, keputusannya tetap, setiap ibu hamil tidak boleh divaksinasi. Kecuali, dokter yang bersangkutan bisa memperhitungkan risiko dan keuntungan yang mungkin bakal diraih,'' tambahnya.
4. Khusus vaksin TT (Tetanus Toksoid), pemberiannya dapat dilakukan sebelum ibu menikah atau pada saat hamil. Umumnya vaksin TT dilakukan sebelum menikah dan dilakukan pengulangan pada saat hamil. Bila vaksinasi TT tidak dilakukan sebelum menikah, pemberiannya dapat dilakukan pada saat usia kehamilan belum mencapai 7 bulan.

GIZI SEBELUM HAMIL
Persiapan yang bersifat fisik juga akan difokuskan pada asupan gizi seimbang. Asupan gizi yang seimbang perlu dilakukan suami istri jauh hari sebelum kehamilan terjadi dengan harapan dapat meningkatkan kualitas sel telur dan sperma menjadi maksimal. Dengan begitu bakal janin yang terbentuk dari pembuahan sel telur dan sperma dapat
berlangsung sempurna. "Banyak wanita yang sudah hamil dua atau tiga bulan baru digenjot dengan bermacam-macam vitamin, salah satunya asam folat. Padahal mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B dan asam folat itu lebih penting dilakukan sebelum terjadi pembuahan atau pada prakonsepsi. Tujuannya menghindari terjadinya ketidaksempurnaan dalam proses pembuahan," kata Chairulsjah.