BUAH HATI Anda mengalami bibir seriawan tanpa disertai rasa sakit, gatal-gatal atau garis mata yang celong? Bisa jadi si kecil mengalami alergi akibat makanan yang telah dikonsumsinya.
Istilah alergi berasal dari bahasa Yunani, yaitu allon argon, yang artinya sebagai reaksi yang berbeda atau menyimpang dari normal terhadap berbagai rangsangan atau zat dari luar tubuh. Misalnya terhadap makanan, debu, obat-obatan dan sebagainya.
Ketua Divisi Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI-RSCM Dr Zakiudin Munasir SpA (K) menjelaskan, alergi merupakan suatu reaksi kekebalan tubuh yang menyimpang atau berubah dari normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh, dimulai dari gangguan pernapasan, kulit, hingga mata. "Banyak orang tua yang menganggap enteng akan tanda-tanda alergi ini. Padahal, alergi dapat berisiko terhadap tumbuh kembang anak," tuturnya.
Zakiudin menyebutkan, seseorang dapat menderita alergi jika salah satu atau kedua orang tuanya memiliki riwayat alergi. Hal ini menunjukkan bahwa alergi bersifat genetik. "Kenali tanda-tanda alergi pada anak yang bisa berasal dari beragam penyebab," ucapnya dalam diskusi media yang mengangkat tema "Apakah Alergi Diturunkan secara Genetik" yang diadakan Nestle Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penyakit alergi biasanya mengenai anak yang mempunyai bakat alergi yang disebut atopik, atau atopik syndrome. Atopik berasal dari bahasa Yunani, yaitu topos,yang berarti "tempat", A-topos artinya "tidak pada tempatnya".
Bisa juga dikatakan sebagai alergi atau keadaan tubuh atau kulit yang hipersensitif, menyerang sebagian dari tubuh yang tidak kontak langsung dengan penyebab alergi (allergen).
"Walaupun risikonya kecil, lompat generasi juga bisa menjadi faktor risiko timbulnya alergi secara genetik," kata mantan Ketua Satgas HIV IDAI ini.
Adanya data yang menunjukkan bahwa penyakit alergi yang terjadi pada anak-anak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat jumlah penderitanya.
Di mana hal itu disebabkan selain karena faktor genetik, juga dipengaruhi perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern. Semakin modern pola hidup, maka akan semakin beraneka ragam zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman. "Faktor lingkungan dan gaya hidup orang tuanya, sangat memengaruhi anak untuk terpapar alergi," sebut Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi (Peralmuni) cabang Jakarta Raya.
Zakiudin menyebutkan, di Amerika Serikat angka kejadian alergi pada anak prasekolah 10 hingga 12 persen, dan pada usia sekolah 8,5 sampai 12,2 persen. Departemen Pertanian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 15 persen populasi alergi disebabkan makanan/ bahan makanan. Sedangkan di Indonesia, angka kejadian alergi pada anak Indonesia belum banyak diteliti tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25 persen-40 persen anak pernah mengalami alergi makanan.
"Sekitar 20 persen anak usia satu tahun pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan, termasuk yang disebabkan reaksi alergi," tutur mantan Ketua Kelompok Kerja Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Alergi makanan turut menjadi pencetus terjadinya penyakit alergi. Yang sering disebutkan adalah makanan laut yang mempunyai kandungan gizi sangat tinggi. Sebut saja cumi-cumi, udang, kepiting, atau ikan laut lainnya.
Bahkan dikatakan Zakiudin, beberapa anak ada yang sangat sensitif dan menimbulkan sesak napas atau bersin-bersin, walaupun hanya mencium bau ikan saat sedang dimasak.
"Untuk anak yang alergi terhadap makanan laut, kandungan proteinnya bisa digantikan produk ikan air tawar," katanya.
Golongan makanan lain yang sering menjadi pencetus alergi di antaranya susu sapi, telur, kacang-kacangan, termasuk kacang tanah dan kacang kedelai, juga gandum yang dikenal dengan istilah "Baker Asthma".
Bahan sintetis berupa pengawet (benzoat), penyedap (MSG) dengan gejala chinese restaurant syndrome dan pewarna (tartrazine) juga memengaruhi.
Gejala klinis dapat diketahui, di mana gejala sebagian besar mengenai saluran cerna karena kontak yang pertama kali adalah bengkak dan gatal di bibir sampai lidah dan orofarings, nyeri dan kejang perut, muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah. "Seriawan tanpa disertai rasa sakit, mata celong dengan garis dennies atau keriput di bawah mata, hidung gatal, atau bersin-bersin adalah reaksi terhadap alergi yang umum terjadi," ujar Zakiudin.
Ahli alergi imunologi dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam dari RSCM, Dr Iris Rengganis SpPD, KAI mengatakan, asma juga menjadi salah satu gejala yang ditimbulkan pada alergi yang biasanya adalah dari alergi terhadap debu.
Seperti pada asma bronchial intrinsik. Asma bronchial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk, bunga, udara dingin atau makanan) yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan.
Jenis ini umumnya muncul apabila penderita asma mengalami gangguan psikis, stres, olahraga berat, dan perubahan cuaca yang drastis. Sifatnya lebih kronis, juga disertai dahak berkelanjutan. "Pemilihan olahraga ringan seperti renang bisa dilakukan untuk penderita alergi dengan gejala asma," ucapnya.
Kenali Alergi Makanan pada Anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments: (+add yours?)
Posting Komentar