Studi terbaru yang diterbitkan jurnal Cancer melaporkan, kanker prostat yang terjadi pada pria dewasa muda lebih berisiko berakibat kematian dibanding jika dialami pria yang sudah berumur (lansia).
Di zaman serba-modern dan instan ini, kasus kejadian kanker dilaporkan terus meningkat. Lingkungan dan gaya hidup yang salah kerap dituding sebagai penyebabnya. Begitupun kanker yang dulunya lazim ditemui pada orang tua, kini juga merambah kaum dewasa muda. Sebut saja kanker prostat yang banyak menyerang kaum pria usia 50 tahun ke atas, kini juga tak jarang diderita pria dewasa muda.
Bahkan, menurut laporan sebuah studi terbaru di Amerika, kanker prostat stadium lanjut yang dialami pria dewasa muda lebih berisiko kematian dibanding yang dialami pria lanjut usia.
Ahli patologi dan urologi dari University of Washington, Dr DanielW Lin, mengungkapkan bahwa kanker prostat dapat terjadi pada pria dewasa muda dan rata-rata penyakitnya terkendali. Hanya, mereka yang menderita kanker pada stadium lanjut biasanya penyakitnya lebih memburuk dibanding jika hal yang sama dialami pria lanjut usia.
"Di antara pasien kanker prostat stadium lanjut, peluang kematian pada pria muda penderita kanker ini tiga kali lebih tinggi dibanding pasien pada kelompok umur lainnya," ujar dokter yang menjabat ketua tim penulisan studi tersebut.
Kesimpulan yang dikemukakan Lin didasarkan pada analisis data dari 318.774 pria di Amerika yang terdiagnosis kanker prostat antara kurun 1988-2003. Pada kurun tersebut memang banyak ditemui pria muda Amerika yang terdiagnosis kanker prostat.
Hal ini kemungkinan disebabkan saat itu pemerintah setempat sedang giatgiatnya menggalakkan program deteksi dini (skrining) kanker. "Skrining cenderung tidak lagi berguna jika tumor dalam tubuh si pria sudah telanjur membesar," sebut Dr Otis W Brawley dari American Cancer Society.
Komentar Brawley menyiratkan keraguan akan manfaat skrining kanker prostat atau yang disebut tes PSA (prostate-specific antigen). PSA merupakan enzim yang dikeluarkan kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma.
Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah, tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat, maka kadar PSA dalam darah meningkat. Selama ini, skrining PSA memang masih mengundang kontroversi mengingat sejumlah laporan yang mengungkapkan bahwa tes PSA rutin tidak cukup efektif mengurangi angka kematian akibat kanker ini.
Sesuai panduan American Cancer Society (yang juga tengah ditinjau kembali), skrining dianjurkan dilakukan kaum pria mulai usia 50, dan 45 bagi yang berisiko tinggi.
"Mereka yang berisiko tinggi adalah yang keluarganya (ayah atau saudara laki-laki) mengidap penyakit ini. Juga, pria kulit hitam yang entah karena apa cenderung lebih berisiko mengalami kanker prostat," kata Brawley.
Terkait studi yang dilakukan Lim dan timnya, spesialis patologi dan urologi dari Duke University, Dr Stephen Freedland, mengemukakan bahwa wajar saja jika didapati keganasan yang lebih buruk pada kanker prostat yang diderita pria dewasa muda, mengingat ratarata skrining PSA baru dilakukan mulai usia 50.
"Jadi, kesalahannya, ya karena diagnosis yang terlambat tadi sehingga tahu-tahu kanker sudah menyebar," ujarnya.
Sementara itu, Lim sendiri menandaskan bahwa tujuan utama studi tersebut bukan membahas skrining kanker, melainkan memberikan pembelajaran dan penyadaran tentang kanker prostat pada pria dewasa muda. Dengan demikian, pihaknya dapat sedini mungkin mengidentifikasi kasus yang berisiko tinggi sehingga dapat segera dicari jenis terapi yang paling tepat.
"Bagi para dokter, kami berpesan bahwa kanker prostat stadium lanjut yang dialami pria dewasa muda dapat sangat berbahaya sehingga perlu diterapi secara agresif dengan metode tepat," katanya.
Di seluruh dunia, kanker prostat merupakan kanker penyebab kematian pria terbesar kedua setelah kanker paru-paru. Tak kurang 254.000 kaum adam meninggal per tahunnya akibat penyakit mematikan ini. Dokter secara rutin menganjurkan tes darah PSA pada pria di atas 50 tahun, dengan keyakinan bahwa penanganan agresif pada jenis kanker apa pun jauh lebih baik ketimbang hanya menunggu tanpa melakukan pengobatan apa pun.
Akan tetapi, pada sejumlah kasus, ada pula karakter tumor yang pertumbuhannya lebih lambat dan perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadi ganas. Perlu diketahui juga bahwa setiap pria yang memasuki usia 45 berpeluang mengalami pembesaran kelenjar prostat. Jika pembesaran terjadi secara berlebihan hingga membengkak sebesar buah jeruk, efeknya dapat menekan aliran kemih yang melalui uretra.
Kondisi inilah yang disebut BPH (benign prostatic hyperflasia) yang biasanya menimbulkan keluhan sulit berkemih. Kasus BPH diperkirakan menimpa sekitar 15 persen pria usia 40 tahunan dan 60 persen pria usia 50 tahunan. Kendati tidak mengancam jiwa, umumnya pasien perlu ditangani dengan pembedahan. Sebagai langkah pencegahan, para ahli menyarankan kaum pria untuk berolahraga teratur guna mengurangi risiko kanker prostat.(Koran SI/Koran SI/nsa)
Kanker Prostat, Lebih Berbahaya pada Pria Muda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments: (+add yours?)
Posting Komentar